Jumat, 26 April 2019

﴾ Inilah Beberapa Ujian Di Masa Penantian Jodoh ﴿



🔴Sahabat, tahukah ujian seperti apa saja yang dihadapi para lajang yang belum menemukan jodohnya?

📑“Aku mau dilangkahi lagi, nih, sama adikku. Padahal dia belum lulus kuliah dan usianya 13 tahun lebih muda dari aku,” tutur Hana (35) pada Rini sahabatnya. Dua tahun sebelumnya, salah satu adik Hana juga telah menikah lebih dulu, kini giliran si bungsu. Tinggallah Hana, sulung dari tiga bersaudara, cemas dengan dirinya.

🔴Padahal, Hana menyandang gelar master dan memiliki karier bagus di perusahaan terkenal di Jakarta. Apa yang salah?  Kenapa jodohku tak kunjung datang? Bagaimana kalau aku semakin tua dan sulit memiliki anak? Apakah aku akan melajang seumur hidup? Pertanyaan-pertanyaan semacam itu pun bermain-main di benak Hana.

🔴Kecemasan yang melanda Hana jamak dijumpai perempuan yang tak kunjung bertemu jodoh di usia matang. Pemikiran bahwa laki-laki lebih memilih perempuan yang berusia muda, khawatir akan keterbatasan masa reproduksi, sampai bayangan kesendirian hingga akhir hayat menjadi momok yang menghantui mereka. Ini diperparah dengan lingkungan sekitar yang meneror dengan pertanyaan kapan menikah, sekan-akan keputusan menikah atau tidak hanya berada di tangan perempuan tersebut.

📑“Perasaan tersebut wajar karena 80% perempuan lebih banyak menggunakan otak kanannya dalam menjalani kehidupan. Otak kanan dominasi emosional, membuat perempuan mudah stres, sensitif, dan depresi,” ujar Iffah Lathifah Syarif, S.Psi, psikolog di biro Quantum Cahaya Hanifa,

🔴Meski wajar, bukan berarti mereka boleh memelihara perasaan-perasaan tersebut. Lintasan rasa iri saat melihat teman duduk di pelaminan, kerinduan untuk hamil dan menimang bayi, itu wajar dalam batas-batas tertentu, namun tidak akan membawa efek positif jika dibiarkan berlarut-larut. Justru bisa menjerumuskan perempuan dalam perasaan putus asa, kecewa yang berujung pada sikap rendah diri, dan menutup diri dari lingkungan.

🔴Permainan perasaan kerap memunculkan sisi negatif diri. Angan-angan yang dipelihara bisa menjadi pintu masuk setan menggoda manusia, hingga muncul prasangka bahwa Allah tidak adil, yang akhirnya berujung pada kemalasan beribadah. Sungguh, menanti jodoh adalah ujian yang tidak mudah. Namun jika kita berhasil melaluinya, Allah akan memberi ganjaran yang sebanding.

📝Godaan bagi si Lajang

🔴Masih melajang di usia matang membutuhkan kesiapan mental agar tak mudah menyerah menghadapi kesulitan. “Saya pernah menemui kasus, seorang perempuan yang lama melajang menerima begitu saja lelaki yang melamarnya. Ternyata laki-laki itu hanya memanfaatkan pernikahan tersebut sebagai alat menguras harta istri dan keluarga besarnya. Bertahan 10 tahun, pernikahan mereka berakhir dengan perceraian,” ungkap Iffah.

🔴Usia yang matang, imbuhnya, belum tentu berbanding lurus dengan kesiapan mental. Generasi sekarang banyak yang tumbuh dari keluarga yang mengajarkan segala kemudahan sejak kecil. Akibatnya mereka tak kuat menghadapi kesulitan hidup dan memilih jalan pintas untuk menyelesaikannya.

🔴Banyak pula para lajang yang terlibat hubungan tidak halal, seperti berpacaran, bahkan dalam waktu yang lama. Si perempuan tidak berani meminta putus karena khawatir kesulitan mendapat pasangan. Sementara si laki-laki belum menunjukkan keinginan menapaki jenjang pernikahan. Sebagian yang lain, saking putus asanya menjalin hubungan dengan lelaki/perempuan yang sudah menikah alias jadi teman selingkuh.                     

🔴Kesiapan spiritual tidak kalah pentingnya. Jangan sampai bertekad tidak menikah selamanya karena menganggap tidak akan bertemu jodoh. Tidak ada untungnya bersikap putus asa, malah mengerdilkan perasaan dan memandang suram masa depan. Jika menemukan teman senasib, jangan terpuruk. Tumbuhkan kompetisi positif untuk menemukan jodoh terbaik.

📝Tetap Percaya Diri

🔴Tidak bisa dipungkiri bahwa si lajang sering mendapat tekanan dari lingkungan. Terlalu pemilih, mengejar karier, ketinggian sekolah, hingga kehidupan mapan dianggap rentetan “kesalahan” yang menyebabkan jodoh takut mendekat. Tak perlu gundah, khawatir atau malah terprovokasi.

📑“Kuatkan sisi internal, maka faktor eksternal akan mudah kita kendalikan,” Iffah. Dengan pikiran positif, respons-respons negatif tidak akan mendapat tempat dalam hati dan pikiran. Kita mungkin tidak bisa mengendalikan lingkungan, namun kita bisa memilih lingkungan yang mendukung guna menghadapi ujian berupa jodoh yang belum hadir.

🔴Daripada meladeni cibiran yang tak membawa manfaat, lebih baik fokus melakukan hal bermanfaat. Jika dirasakan manfaatnya oleh banyak orang, keberadaan seseorang akan diakui, terlepas dia sudah menikah atau belum. Hal ini akan menumbuhkan sikap percaya diri dan dorongan untuk melakukan kebaikan dalam skala yang lebih luas. Siapa tahu, dengan membangun sikap tersebut, jodoh justru mendekat!


📚Majalah Ummi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika artikel ini bermanfaat, bantu share artikel ini. Lets change the world together :)