Kamis, 29 Juni 2017

Tiga Isu Utama Somalia

Barusan sejam bersama *Arya Sandhiyudha* _pengamat politik internasional_ di *iNewsTV edisi Lebaran 2017* -mengulas *Ramadhan di Somalia.*

Pertama apresiasi kita pada Pemerintah RI juga lembaga kemanusiaan diantaranya ACT- Aksi Cepat Tanggap (salah satu pegiatnya juga menjadi narsum) yang telah membuktikan bahwa Indonesia masih komitmen dengan amanah konstitusi juga dalam hal kemanusiaan tanah air kita bukan hanya dari Sabang sampai Merauke, tapi juga dari Somalia hingga Indonesia.

Tiga persoalan utama yang mencekik Somalia adalah keamanan, pangan, dan ekonomi.

Dalam *KEAMANAN*: Ada bomber dan sniper asySyabab, proxy war Eritrea vs Ethiopia, pengungsi membludak. Salah satu isu paling klasik adalah perompakan laut yang faktornya banyak: 1// karena geografis bentang pantai 3,025km, teluk Aden, kanal Suez, 20.000 kapal tahunan, lintasan minyak mentah dunia; 2// lemahnya penegakan hukum, mulai dari sebab coast guard dan kapabilitas AL, kapabilitas intelijen darat dan laut, efisiensi sektor peradilan, dan kuatnya klan tradisional di masyarakat dalam mempengaruhi mekanisme; 3// keamanan maritim juga ada pada derajat miris sebab lingkungan maritim telah jadi tuan rumah ragam aktivitas ilegal, baik penyelundupan, perdagangan, pun pemancingan. Bahkan dilegalkan dengan norma karena dikelola tuan tanah, negara abai, kartel perompak laut internasional; 4// dislokasi ekonomi yang lahir akibat pembangunan ekonomi dan bentuk kepedulian global belum dirasa efektif dan menguntungkan, sehingga diciptakanlah ruang ekonomi sendiri sebagai ekspresi kaum termarjinalkan dari ekonomi dunia yang sangat sibuk lalu lalang; 5// secara dimensi budaya juga terdapat penerimaan terhadap praktik perompakan, sehingga masyarakat pantai masih mendiamkan.

Dalam hal *PANGAN*, Somalia jelas "negara lapar" (hungry country), sangat mengandalkan pertanian sementara lahan pertaniannya rusak oleh iklim atau dirusak oleh konflik, sehingga pisang, tomat, dsb yang jadi keunggulannya tidak mampu menjadi modal konsumsi; meski program PBB telah bantu 400rb, namun masih ada 2,3 juta warganya yang sangat butuh dibantu oleh anak segala bangsa, kamp pengungsi di Somalia pun di DADAAB Kenya perlu dibenahi;

Dalam hal *BISNIS* mungkin kita perlu berharap apabila ingin perubahan nasib jangka panjang; pendonor musti bantu warga Somalia menghasilkan uangnya sendiri, melalui pinjaman modal. Mulai dari JUBALAND perbatasan dengan Kenya, investasi pendidikan, kesehatan, pekerjaan amat dibutuhkan untuk transformasi kaum muda dan warga Somalia. Poros utamanya jelas ada pada lemahnya institusi pemerintahan sehingga menjadikan negara ini belum sukses mengelola diri dan permasalahannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika artikel ini bermanfaat, bantu share artikel ini. Lets change the world together :)