Kamis, 29 Juni 2017

Pasca Idul Fitri


Para ahlul diet mulai khusyuk meratapi timbangan.
Emak-emak histeris dengan harga-harga.
Anak-anak kehilangan isi angpaw-nya secara misterius, yg tersangka utamanya adalah emaknya masing-masing.

Sementara itu isi tudung saji sudah kembali pada fitrahnya, coto makassar dan kari ayam dalam format indomie. Ini mulai berlaku sejak coto dan kari ayam aslinya sudah lelah setelah berkali-kali diprovokasi (dipanas-panasi maksudnya).
Sebenarnya masih ada alternatif lain, sambal goreng ikan teri kacang. Tapi itupun sisa endorse.
Alhamdulillah, apapun itu semua disyukuri. Masih diberi kesempatan menikmati hari lebaran dengan dikelilingi orang-orang tersayang.

Buat jamaah dan teman-teman sekalian, pemudik yang masih silaturahmi, harap lebih teliti. Kita kadang menguatirkan jebakan kaleng Khong Guan isi rengginang, padahal ada supertrap lain yang juga layak diwaspadai, yakni nastar yang lupa dicabut cengkehnya, serta bedak dingin berastagi yang terduga sebagai kacang telur. Yg terakhir itu pernah ada kejadian teman jadi korbannya. Tanpa ekspresi, tapi sebulir air mata mengalir di pipi.

Jangan lupa, pertanyaan-pertanyaan default semisal "kapan nikah", masih menjadi trend abadi di kampung halaman. Andai dibiarkan dan gak diputus mata rantainya mulai dari sekarang niscaya akan terus berbuntut.
Nah, ini yang perlu kita bahas kali ini..

Kalo tahun depan kau mudik dalam keadaan sudah menikah, jangan pikir duniamu sudah aman tentram gemah ripah loh jinawi. Karena kau masih akan menghadapi pertanyaan "kapan punya anak".
Kalo anakmu sudah ada, pertanyaan selanjutnya "kapan nambah anak". Dikiranya mbrojolin anak kayak keluarin kelomang dari cangkangnya, tinggal di-"hah" dia nongol.

Belum lagi pertanyaan gak sopan "kapan punya mobil" atau "kapan punya rumah". Pahamkah mereka bahwa bagi sebagian orang pertanyaan ini ibarat menyabet pake golok tumpul? perih tapi gak berdarah..
Ada lagi pertanyaan yg juga gak etis menurut gw, semisal pertanyaan "masih kerja di perusahaan anu ya?" "kapan resign?" atau "kapan keluar dari zona aman dan zona nyaman?"
Hey.. Come on, sejak kapan perasaan aman dan nyaman dalam bekerja itu dibagi per-zona?
Karena setau gw semua pekerjaan itu beresiko, gak ada yang aman, mulai dari office boy sampe direktur. Kenyamanan pun gak ada patokan standarnya, tergantung bagaimana setiap orang memanajemen rasa sabar dan syukur.
Uhukk.. Sorry, kebanyakan makan coto konon bikin orang jadi bijak.

Tapi ini memang tampaknya sudah gak bisa dicegah. Eskalasinya makin menguat. Menguatirkan maksudnya.
Yg bisa kita lakukan untuk meminimalisir budaya nyebelin ini salah satunya adalah dengan mulai membuat daftar pertanyaan tandingan yang anti mainstream.
Jadi, sebelum orang-orang di kampung bertanya, maka dahuluilah dengan bertanya duluan.
Semisal "bagaimana pencernaannya? lancar?"
atau  "berapa gula darah dan kolesterolnya? "
"dahaknya encer gak?"
"trus, reproduksinya masih berfungsi dengan baik?"
"gak ada masalah pada disfungsi ereksi dan premature ejakulasi?"
Pertanyaan-pertanyaan semacam ini kalo ditanyakan pada momen dan mukaddimah yang tepat dijamin bisa membuat mereka merasa diperhatikan secara detail, karena urusan kesehatan biasanya adalah hal yang utama.
Kalo komunikasi sudah terbangun, mulailah membaca situasi dengan menempatkan tema obrolan pada tempatnya. Jika berkumpul dengan bapak-bapak jangan terlalu jauh membahas konflik Korea Utara atau sikap politik Qatar kalo kenyataan mereka lebih dipusingkan dengan anjloknya harga gabah.
Jika berkumpul dengan ibu-ibu, gak perlu menjelaskan quota perempuan dalam parlemen, tapi larutlah dalam pembahasan lembutnya puding custard atau alotnya cinta antara Laks, Swara, dan Ragini.
Basa-basilah seperlunya. Hindari pembahasan seputar asmara, karier, atau keuangan. Karena kamu bukan horoskop.

Akhirul kalam. Ada dua sunnah bulan syawal, yaitu puasa dan menikah. Maka perbaikilah niat, amalkan satu atau kedua-duanya.
Percayalah, memutuskan mata rantai pertanyaan "kapan nikah" saat mudik yg paling baik adalah dengan mengamalkan, bukan menghindari. Karena meski kau hindari, pertanyaan itu gak akan ada habisnya hingga kiamat qubro, kecuali kampungmu kau pindahkan ke Konoha.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika artikel ini bermanfaat, bantu share artikel ini. Lets change the world together :)