Sabtu, 13 Februari 2016

KETIKA UJIAN ADALAH TEMAN TERBAIK

"Tidak banyak yang memahami bahwa kita ini sebenarnya adalah ruh dan bukan jasad. Jasad itu hanya kendaraan kita saja selama di dunia.

Mungkin kita tahu, tetapi tidak pernah benar2 bisa memahaminya. Kita hanya percaya pada apa yg kita lihat, apa yang kita rasakan. Lebih dari itu bukanlah hal yang penting.

Karena ketidak-pahaman itulah, kita akhirnya memanjakan jasad kita, bukan ruh kita di dunia ini. Segalanya bisa menjadi halal, asal nyaman. Terbiasa kulit kena AC, ga kena AC merasa tidak nyaman, merasa mendapat kesulitan hidup.

Terbiasa naik mobil dgn segala fasilitasnya, ketika semua itu hilang, mendadak menjadi orang termiskin di dunia.

Semua orang punya pasangan, ketika tidak punya pasangan maka tidak sama dengan semua orang, akhirnya merasa paling sendirian di alam semesta.

Itulah sifat manusia. Kita hanya "merasa" saja, terbawa perasaan sehingga menjadi emosional dalam menghadapi segala sesuatu.

Padahal sebenarnya yang butuh dinyamankan itu ruh kita, kita yang sesungguhnya, bukan jasad. Ketika ruh kita nyaman, tenang maka kita menjadi stabil. Jika ruh stabil, maka jasadpun stabil. Jika pengemudinya stabil, maka kendaraan-pun akan stabil juga, tidak goyang kesana kemari..."

Tidak mudah memahami ini meski sebenarnya sederhana. Tetapi kuikuti juga, mungkin secangkir kopi bisa memenuhi alam pikirku dengan wacana ini. Temanku tersenyum.

"Semua masalah itu, meski modelnya berbeda2 tergantung situasinya, sebenarnya pemecahannya sama. Masalah rumah-tangga, masalah harta, kerjaan dan sebagainya, pemecahannya sama, yaitu bagaimana cara menghadapinya.

Cukup mendekatkan diri pada Tuhan saja, meminta, menangis dan percayakan kepada-Nya bahwa Ia adalah sang Maha dari segala masalah. Maka ada saja jalannya.

Jalannya sendiri bukan jalan yang ajaib, tiba2 selesai begitu saja. Tetap ada proses. Dan proses yang paling utama adalah terbukanya hijab di akal kita. Ketika itu terbuka, seakan2 ada pencerahan. Elemen2 kebahagiaan datang dan kita mampu melihatnya. Padahal dulu ketika akal tertutup, kita meremehkannya. Begitu teorinya.

Semakin runtuh sifat sombong kita, maka semua semakin terbuka. Memang yang menutupi akal itu adalah sifat sombong. Merasa kita mampu menangani semua masalah, akhirnya bukan selesai malah terbelit gak keruan..."

Ah, mulai terbuka kunci rahasianya. Kopiku berasa nikmat ketika perlahan2 memahami situasinya.

"Panjang prosesnya teman, bukan instan.. Disana ada sabar, ada ikhlas, ada segala macam yg tidak pernah kamu temukan ketika kamu memberhalakan semua materi termasuk jasadmu sendiri.

Yang harus kamu pahami, pasukan terbaik dihasilkan dari latihan yg terbaik. Dan latihan terbaik itu tidak mudah, tekanannya pasti membuat banyak orang menyerah. Tinggal semua ada pada pilihanmu sendiri, mau jadi yang terbaik atau hanya biasa2 saja..."

Seakan rintik hujan malam ini berderu menetes menembus akalku dan terbukalah sedikit demi sedikit awan tebal yang selama ini menutupinya.

"Kesombongan manusia atas dirinya sendiri adalah musuh bagi akalnya." Imam Ali as.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika artikel ini bermanfaat, bantu share artikel ini. Lets change the world together :)