Senin, 14 Maret 2016

Mencintai Sesama Muslim


Oleh: Mohammad Fauzil Adhim

Perasaan apakah yang hidup dalam diri kita? Jika ada saudara kita seiman yang berbeda pendapat dengan kita mengalami musibah, bagaimanakah perasaan kita terhadapnya? Adakah kita merasa perih atas musibah tersebut ataukah kita justru bergembira karenanya?

Banyak perbedaan pendapat di kalangan para ulama terdahulu. Ketika akhlak masih terjaga dan adab berbeda pendapat masih ditegakkan, maka perbedaan-perbedaan itu tidak menjadi sebab terjadinya perpecahan (iftiraq). Perbedaan pendapat yang sangat tajam, kadang terjadi, tetapi polemik yang muncul kemudian menjelma dalam bentuk saling berbalas tulisan menegakkan hujjah. Bukan menghina dan menertawakan.

Masih adakah iman di hati kita jika justru gembira saat musibah menimpa saudara kita seiman yang berbeda pandangan, padahal masih satu aqidah? Bukankah takaran iman itu ada pada hidupnya perasaan sebagai satu tubuh?

Marilah sejenak kita mengingat sabda Rasulullah shallaLlahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عَضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى .

"Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam rasa cinta mereka, kasih-sayang mereka, dan kelemah-lembutan mereka bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya merasakan sakit dengan tidak tidur dan demam." (HR. Muslim).

Masih adakah iman di hati kita? Atau jangan-jangan kita belum pernah merasakan iman itu di dada... Ataukah ia terkubur oleh besarnya 'ashabiyah (fanatisme golongan dan kelompok) sehingga kepekaan kita kepada sesama mukmin meredup tanpa terasa.

Meskipun besar jumlah kita, tetapi jika perselisihan tumbuh subur dan bahkan mengarah kepada perpecahan, maka kita akan lemah tak berdaya. Tak ada wibawa. Sebaliknya, sedikitnya jumlah akan disegani jika wibawa sebagai umat itu ada.

Nah, adakah kita akan menyuburkan perselisihan di antara kita sehingga muslimin ini seolah tak ada meskipun jumlahnya mayoritas? Kemanakah kita akan menuju? Menjadi ummat yang memiliki wibawa sehingga disegani bahkan ketika jumlah sedikit ataukah justru sebaliknya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika artikel ini bermanfaat, bantu share artikel ini. Lets change the world together :)