Senin, 18 April 2022

[INSPIRASI RAMADHAN - 17] Kisah Yunus bin Ubaid, Saudagar Paling Jujur

Kalau kita semua mengenal Utsman binb  Affan sebagai saudagar kaya raya dan dermawan, Yunus bin Ubaid dikenal sebagai saudagar yang ramah dan jujur kepada pembeli.

Yunus bin Ubaid adalah seorang pedagang emas yang berasal dari generasi tabi'in. Tabi'in adalah orang-orang Islam awal yang masa hidupnya setelah para sahabat Nabi Muhammad SAW dan tidak mengalami masa hidup Nabi Muhammad SAW.

Sebagai seorang saudagar, Yunus bin Ubaid merupakan orang yang menjual barang sesuai dengan nilainya, tidak dilebihkan atau dikurangi. Kisahnya yang paling terkenal sebagai saudagar jujur adalah ketika ada seorang dari kalangan Badui yang mengunjungi toko perhiasannya dan membeli sebuah perhiasan.

Dalam suatu kisah, di saat para saudagar yang lain belum membuka kiosnya, Yunus bin Ubaid telah membuka kios miliknya lebih dulu. Lalu, seperti biasa setelah membuka kios, Yunus menitipkan semua jualannya kepada adik laki-lakinya untuk menunaikan salat dua rakaat.

"Kamu tunggu di sini. Saya akan segera kembali," kata Yunus kepada adiknya.

"Baiklah, saya juga sementara ini belum ke mana-mana," jawab adik Yunus.

Lalu, Yunus pun pergi untuk menunaikan salat yang telah menjadi kebiasaannya sebelum menjalani rutinisan akad jual-beli, sementara adik Yunus membantunya untuk menjaga kios. Ketika kios itu ditinggal, ada seorang dari kalangan Badui datang dan hendak membeli sesuatu.

Setelah mlihat-lihat perhiasan yang dijajakan di kios Yunus, "Berapa harganya ini, anak muda?, tanya orang tersebut sambil menunjuk perhiasan yang diinginkannya.

"Saya kasih harga 400 dirham," jawab adik Yunus.

Orang tersebut tampaknya sangat menyukai perhiasan yang dijual di kios Yunus. Sampai pada akhirnya, dia membeli barang yang ditanya kepada adik Yunus tanpa meminta untuk menurunkan harga atau tawar-menawar. Namun sayang, sifat kejujuran Yunus sepertinya tidak sepenuhnya menurun ke sang adik.

Adik Yunus berlaku curang dengan mengatakan barang yang dibeli dari orang kalangan Badui tersebut dijual dengan harga dua kali lipat, yakni 400 dirham. Padahal, harga yang sebenarnya ditetapkan oleh Yunus adalah sebesar 200 dirham.

Lantas, tanpa direncanakan, ketika orang Badui itu keluar dari kios Yunus, dia malah bertemu dengan sang pemilik kios yang asli tersebut di persimpangan.

Yunus tampak sudah mengetahui bahwa orang ini habis berkunjung dan membeli sesuatu dari kiosnya. Lalu, Yunus pun menyapa sekaligus orang Badui tersebut.

"Berapakah harga barang yang kamu beli ini? Kata Yunus.

"400 dirham," jawab orang Badui tersebut.

Yunus kaget setelah mendengar jawaban itu, karena jelas barang yang dibelinya jauh dari harga asli.

"Tetapi, harga perhiasan ini sebenarnya hanya 200 dirham," kata Yunus.

Menyadari bahwa adiknya telah menaikkan harga dua kali lipat, Yunus pun mengajak orang badui tersebut kembali ke kiosnya dengan maksud mengembalikan kelebihan uang dari perhiasan yang dibelinya,

"Mari ke kios lagi, supaya saya dapat kembalikan kelebihan uang kepada saudara," minta Yunus.

Orang Badui tersebut seakan merasa niat baik dari Yunus. Tapi, dia menolak dengan halus dengan alasan harga yang diberikan cocok dari barang yang dibelinya.

"Di kampungku, harga barang ini paling murah 500 dirham," katanya.

Namun, Yunus yang dikenal jujur memohon untuk orang Badui ini menerima ajakannya kembali ke kios. Lantas, menyadari ketulusan Yunus, orang tersebut akhirnya memenuhi permintaan Yunus untuk kembali ke kiosnya. Di sana, Yunus mengembalikan kelebihan uang pembelian orang Badui tersebut.

Ketika orang itu pergi, Yunus pun memanggil adiknya, "Apakah kamu tidak merasa malu dan takut kepada Allah SWT atas perbuatanmu menjual barang tadi dengan harga dua kali lipat?" tanya Yunus.

Merasa tak mau disalahkan, adiknya berpikir bahwa orang itu saja tidak mau menawar harga yang dibelinya. Andai saja orang itu mau menawarnya, ia akan menjual perhiasan itu dengan harga yang semestinya,

"Dia sendiri yang mau membeli dengan harga 400 dirham," jawab adiknya.

"Ya, tetapi di atas pundak kita terpikul satu amanah untuk memperlakukan saudara kita seperti memperlakukan terhadap diri sendiri," ujar Yunus.

"Tiada sesuatu yang dimakan oleh seseorang yang lebih baik daripada makan dari hasil tangannya sendiri dan sesungguhnya Nabi Dawud as juga makan dari hasil kerja tangannya sendiri." (HR. Bukhari)

Dari kisah ini, kita dapat mempelajari bahwa sosok Yunus, selain menjadi saudagar yang jujur dan ramah, dia adalah pedagang yang mengerti bagaimana cara merealisasikan ibadah tatkala bekerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika artikel ini bermanfaat, bantu share artikel ini. Lets change the world together :)