Senin, 21 September 2015

SATU ISTRI EMPAT RASA


(Catatan Kajian Spesial Muslimah, Ahad 20 September 2015)
Satu istri empat rasa. Tema yang sangat provokatif dan kontroversial. Mengundang komentar banyak orang, bahkan hujatan.
Padahal, kajian ini sama sekali tidak ada kaitannya dengan kampanye anti poligami, atau yang semacamnya. Kajian ini hanyalah sebuah upaya pencerahan, tentang peran seorang istri yang memiliki banyak rasa.
Allah berfirman, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar Ruum: 21)
Ayat di atas mengisyaratkan, setidaknya ada tiga rasa dalam kerumahtanggaan. Yakni rasa tenteram, rasa kasih, dan rasa sayang. Berdasarkan indikasi ayat ini, maka pasutri semestinya memiliki kemampuan mengolah rasa yang melingkupi rumah tangganya.
Terkait dengan masalah olah rasa ini, peran istri tentu tidak dapat diabaikan. Sebab celupan warna rasa dari para istri bisa jadi merupakan hal yang paling menentukan dalam laju sebuah rumah tangga.
Satu istri empat rasa. Artinya, seorang istri harus mampu setidaknya mengelola empat peran mendasar, demi terpenuhinya empat rasa yang dibutuhkan para suami.
Apa sajakah empat peran tersebut?
Pertama, istri sebagai pengantin atau kekasih suami
Menadi pengantin seumur hidup bagi suami itu sangat mungkin. Tipsnya sederhana, yakni menjaga kecantikan fisik dengan berhias dan merawat diri, serta memiliki inner beauty atau akhlak yang baik. Menjaga penampilan di hadapan suami dengan senantiasa berpakaian yang rapi dan menyenangkan.
Hal ini sebagaimana yang disabdakan Rasulullah, “Sebaik-baik wanita adalah mereka yang senantiasa menyenangkan apabila suaminya memandang, yang senantiasa taat saat suaminya memberi perintah, selalu menjaga harta dan dan kehormatan bila ditinggal suaminya.” (HR Abu Daud)
Kedua, istri sebagai “ibu” bagi suaminya
Terhadap anaknya, seorang ibu biasanya lemah lembut, rela berkorban apa saja, memberi tanpa pamrih, bersabar, mudah memaafkan, dan lain-lain. Maka, sebagai istri kita pun dituntut untuk bisa bersikap demikian. Menjaga dan merawat suami tanpa pamrih dan tanpa kenal lelah.
Ketiga, istri sebagai sahabat suami
Disamping harus menjadi kekasih dan ibu, seorang istri juga sebisa mungkin harus bisa menjadi sahabat bagi suaminya. Fungsi sahabat yaitu sebagai partner di segala bidang, men-support di segala kondisi, sebagai keeper (penjaga) rahasia suami, dan sebagai pendengar atau tempat berbagi keluh-kesah. Sebab, seperti halnya wanita, para laki-laki pun adakalanya merasa ‘down’, kecewa, dan sebagainya. Siapa lagi yang akan membangkitkan semangat suami kembali, jika bukan kita, istrinya?
Hal tersebut sudah dicontohkan oleh para istri Rasulullah. Ialah Khadijah, yang langsung menyelimuti dan memotivasi suaminya, saat beliau saw memperoleh wahyu pertama kali sehingga ketakutan. Adalah Ummu Salamah, yang cerdas memberikan ide kepada sang suami saat dihimpit kebimbangan. Pun tentang Aisyah, yang senantiasa membuat Rasulullah tersenyum dengan kepolosannya.
Istri sebagai pelayan suami
Siapa yang tidak ingin dilayani seumur hidup? Setiap orang pastinya, tak terkecuali suami. Suami membutuhkan kehadiran seorang pelayan, yang mampu mengurus segala keperluannya. Pelayan yang menyediakan masakan untuknya, dengan sentuhan kasih dan cinta. Pelayan yang siap memijit tubuhnya saat ia sedang kelelahan. Pelayan yang selalu berusaha menjaga agar suami dalam keadaan bersih dan rapi. Pelayan yang siap meladeni suami kapanpun dan di manapun, termasuk urusan ranjang yang hanya boleh didapatkan dari istrinya. Maka jadilah pelayan yang taat untuk suamimu, insyaallah dia pun akan menjadi majikan yang murah hati bagimu.
Mengapa istri harus menjalankan semua peran tersebut?
Ya karena memang suami adalah imam bagi istri, dan istri adalah makmum bagi suaminya. Secara kodrat, Allah sudah melebihkan para suami, yakni sebagai pemimpin bagi wanita/istrinya karena berbagai alasan. Maka ridho Allah ada pada ridho suami.
Rasulullah saw bersabda, “Tidak selayaknya seseorang sujud kepada manusia. Seandainya dibolehkan seseorang bersujud kepada sesama manusia, pasti akan aku perintahkan para istri untuk bersujud kepada suaminya, disebabkan Allah telah melebihkan haknya atas istrinya.” (HR Ibnu Hibban dari Abu Hurairah)
Satu istri empat rasa, sebuah cita-cita dan upaya terciptanya istri-istri ideal yang didamba para suami. Jika istri mampu menjadi kekasih dan pengantin bagi suami seumur hidup, maka suami merasa kaya akan cinta. Saat istri menghujani kasih sayang yang melimpah layaknya seorang ibu kepada anaknya, maka suami akan senantiasa merasa damai dan tenteram. Saat istri mampu menjadi sahabat yang baik bagi suaminya, maka suami akan mendapatkan kepercayaan diri yang tinggi sehingga mudah baginya meraih kesuksesan. Begitu pula saat istri mampu melayani suami, kapanpun dan di manapun, maka suami pasti akan merasa bahagia karena diperlakukan secara spesial.
“Dunia ini perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita (istri) shalihah.”
*Sekali lagi, ini bukanlah sosialisasi penolakan ta'adud (poligami). Berapapun jumlah istri, jika masing-masing mampu menjalankan minimal 4 peran besar di atas, maka insyaallah terciptanya keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah bukan sekadar angan-angan belaka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika artikel ini bermanfaat, bantu share artikel ini. Lets change the world together :)