Senin, 21 September 2015

Cerita ku tentang-nya


Aku ingin bercerita.
Tentang aksi Al aqsha hari ini.
Bukan, bukan tentang orasi-orasi yang membakar semangat dan golak darah kami. Bukan pula pekikan takbir yang membuat bulu kuduk ini meremang. Atau prosesi solat ashar berjama'ah yang membuat segalanya menjadi syahdu.
Tapi tentang mereka, yang mengulurkan tangannya ke dalam kotak donasi yang kubawa berkeliling.
Awalnya, ragu-ragu aku melangkah, hendak kemana? Tempat aksi begitu sepi, tapi bila tidak berkeliling kotak ini akan tetap kosong. 
Aku mendekat pada sekumpulan pemuda, menawarkannya memberi kebaikan lewat kotak ini, mereka mengangkat tangan, menggeleng sambil tersenyum. Tak apa..
Namun kemudian, dari jauh kulihat seorang bapak tua duduk di atas becaknya tersenyum padaku. Seolah memanggilku untuk kesana, bergegas aku mendekat. "Bismillah..", bisiknya sambil memasukkan tangannya ke kotak yang kubawa.
Hatiku gentar. Luruh seketika. Melihat wajah si bapak yang begitu takzim, begitu tenang memberikan sebagian rezekinya. Ya Rabb....
Terima kasih bapak, semoga berkah dan bermanfaat untuk muslim Palestina di sana. 
Ada rasa yang tiba-tiba naik, membuatku mantap berkeliling menawarkan mereka, sesiapa, untuk membagi kebaikan. 
Aku mendekat pada bapak-bapak satpam. Baik hati ia mengulurkan tangannya ke dalam kotak sambil tersenyum. Kepada penjual helm di pinggir jalan, ringan tangan ia memberikan sebagian rezekinya.
Hari semakin sore, orasi satu persatu disampaikan. Aku memutuskan berhenti berkeliling, memilih berdiri di badan jalan sambil tetap membawa kotak, menawarkannya pada mobil dan motor yang melintas. 
Aku menunggu. Lama.. Tapi belum ada satupun dari mereka yang berhenti atau mengeluarkan tangannya dari jendela demi melihat kotak donasi ini.
"Mungkin mereka buru-buru" pikirku. Mencoba berhusnudzan. 
Dan benarlah, tak lama, dari jauh kulihat sebuah mobil hitam memelankan lajunya, sebuah tangan melambai lambai padaku. "Palestina, mbak?" Tanya seorang bapak di dalam mobil begitu aku mendekat.
"Benar. Palestina, Abah. Gaza." Kuangkat kotakku lebih tinggi agar ia bisa membaca tulisan yang tertempel disana. Ia mengangguk, lantas memasukkan tangannya ke dalam kotak.
Ada satu titik tak jauh dariku, yang membuatku terus memperhatikan. Seorang ayah yang membonceng anaknya. Beberapa kali sang ayah mencolek lengan si anak, berkata sesuatu padanya, lalu melihatku. Saat jalanan mulai sepi, aku bergegas mendekat. Melihatku yang berjalan ke arah mereka, si anak turun dari motor, berlari dan mengulurkan uangnya. Aku tersenyum, menyuruhnya untuk langsung memasukkan ke kotak.
"Terimakasih cantik. Temen temen palestina pasti seneng bisa dibantu sama adek." Kataku sambil memberinya dua buah stiker. Malu-malu dia tersenyum.
Aku menoleh pada teman-teman lain, ghirah itu bisa kurasakan. Sungguh..
Aku kembali ke badan jalan. Satu persatu mobil yang lewat memelankan lajunya, membuka jendela dan memasukkan tangannya ke dalam kotak. Paras arab, tionghoa, pribumi.. ringan tangan mereka membagi sebagian yang dimilikinya. Ya Rabb.
Begitu juga dengan perempuan berkerudung yang menghentikan motornya di depanku, untuk membagi kebaikan lewat kotak ini.
Hingga.. satu mobil suv hitam. Seorang ibu- ibu membuka kaca dan memasukkan tangannya ke dalam kotak yang kubawa. Sekilas kulihat, ada gantungan salib di mobilnya, pun dengan anting-anting yang dikenakan.
Seketika aku menangis. Sempurna menangis. Terenyuh. Ya Rabb.. sungguh masih banyak manusia di dunia ini yang baik.
You don't need to be muslim to stand up with Gaza. You just need to be human.
"Hati hati, mbak." Mengingatkanku yang terlalu berada di tengah jalan. Aku mengangguk, mataku panas.
"Terimakasih, ibu. Assalamu'alaykum."
Siapapun, siapapun, yang telah membagi kebaikan, membagi sebagian rezekinya, membagi apa yang dimiliki lewat kotak ini, semoga Allah membalas kebaikanmu. Semoga Allah membalas kebaikanmu..
-Aya Sofia-
Staf JN UKMI UNS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika artikel ini bermanfaat, bantu share artikel ini. Lets change the world together :)