Selasa, 13 Oktober 2020

Putri Malu, Beginilah Seharusnya Wanita

 Mimosa pudica, nama ilmiah dari tanaman liar. Tanaman yang tidak ingin kita lihat di pekarangan kita. Tanaman yang kita hindari, karna jika kita menginjaknya, maka kita akan tersakiti. Yak, mimosa pudica.. sang “putri malu”. Kenapa ia dinamakan sebagai putri malu? Tentu saja ada silsilah dibalik namanya. Namanya berkaitan dengan salah satu makhluk Allah yang bernama wanita.

Mari kita simak. Lihatlah ia.. Ia adalah tanaman yang merambat. Pada umumnya,  tanaman yang merambat memiliki akar serabut. Namun tidak dengan mimosa pudica. Akarnya tunggang. Batangnya berduri, daunnya memiliki lapi
san turgor, dan bunganya,,,,, pink. warna yang amat sangat identik dengan wanita. Begitulah jika kita pandang sekilas sang mimosa pudica.
Jika kita melihat lebih dekat, melihat dengan akal pikiran dan hati kita,maka ia akan menyiratkan hal yang luar biasa. Bagaimana bisa? Pertama, akarnya. Akarnya tidak serabut seperti tanaman merambat lainnya. Tunggang.Yak, tunggang menghujam ke dalam tanah, tempat ia berpijak. Bagian yang merupakan pondasi yang menopang SELURUH bagian yang lain.  Apa arti dibalik ini? Akar yang tunggang mengibaratkan pondasi yang kokoh lagi teguh dalam menghadapi hidup. Apa itu? Tentu saja, “AKIDAH”. Seorang wanita harus memiliki akidah yang kuat, yang menjadi pondasi sekaligus pedoman dalam menjalani hidupnya, agar tidak mudah terombang ambing oleh getirnya zaman yang kian meresahkan.
Lihatlah ia.. ia hidup merambat lagi merunduk. Ia tidak berdiri tegak, karena jika ia berdiri terlalu tegak ia kan mudah terbawa gelombang angin. Juga ia menyadari bahwa bagian tubuhnya yang lain, daunnya, tak kuasa untuk menahan hantaman angin yang terlalu dasyat. Lalu apa hubungannya dengan wanita? Ya, wanita biasanya lebih merunduk dari permasalahan yang ia hadapi. Eits, merunduk bukan berarti menyerah akan hal yang terjadi Bukan berarti duduk terdiam lalu menangis. Bukan! Merunduk dalam artian memikirkan bagaimana strategi yang tepat untuk menyikapi permasalahannya. Lihatlah batangnya. Ia menyimpan duri. Duri yang kecil namun kokoh, lagi banyak. Duri yang ia jadikan perisai untuk melindunginya dari serangan musuhnya. Sama halnya seorang wanita,yang seharusnya memiliki tameng, yang digunakan jika sewaktu waktu ia diganggu oleh pihak-pihak yang hanya ingin memanfaatkannya. Tameng seorang wanita,bukan berarti harus bawa tameng besi kemana-mana. Bukan. Tapi tameng wanita lebih cenderung kepada penampilannya yang ia “hijab”. Hijabnya adalah tameng intrinsik, sehingga secara tidak langsung ia pasti akan terlindungi.

Lihatlah daunnya. Daunnya memiliki lapisan turgor. Apa pengaruhnya? Yak, daun putri malu akan menguncup dengan sendirinya jika disentuh. Begitulah wanita, yang menggunakan perasaannya lebih dominan dari akalnya. Ianya sangat sensitive. Namun kritis. Selain itu, daun mimosa juga menguncup dengan sendirinya jika senja tiba. Sama halnya wanita, yang seharusnya sudah berada di dalam rumah saat senja menjelma. Kemudian bunganya. Jika di sentuh, ia sangat lembut,lagi berwarna pink. Cantik. Cantik sekali. Pink yang meneduhkan, menggambarkan kelembutan dan kecantikan. Begitulah wanita, ianya cantik,  sikapnya juga lemah lembut. Lemah lembut dalam berakhlak.

_@ Akarnya menggambarkan pondasi akidah yang kokoh,
_@ Batangnya menandakan bahwa ia  punya perisai pelindung
_@ Daunnya yang berturgor mengisyaratkan perasaan yang sensitive lagi kritis
_@ Bunyanya pink, menampilkan kecantikan dan kelemah lembutannya.
Begitulah seharusnya wanita.

Rini Yuliyanti

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jika artikel ini bermanfaat, bantu share artikel ini. Lets change the world together :)